
smpn6cirebon.sch.id – Kerusuhan Mei 1998 meninggalkan luka yang dalam bagi Indonesia. Mari menyimak apa saja yang menjadi hal yang merupakan akibat sosial dari Kerusuhan Mei 1998.
Peristiwa yang terjadi pada awal bulan Mei 1998 adalah salah satu kerusuhan besar yang pernah terjadi di Indonesia. Hal yang merupakan akibat sosial dari kerusuhan Mei 1998 pun membekas di ingatan dan terus dikenang hingga sekarang.
Khususnya bagi masyarakat etnis Tionghoa yang menjadi salah satu target utama dari kerusuhan tersebut. Tuntutan perubahan terhadap kondisi di masyarakat dan ketidakpuasan atas pemerintahan Orde Baru justru membuat salah satu bagian dari masyarakat menderita.
Mengingat Kembali Kerusuhan Mei 1998
Kerusuhan yang terjadi pada Mei 1998 ini merupakan buah dari rasa tidak puas masyarakat akan kepemimpinan Orde Baru, Presiden Soeharto. Masyarakat merasa marah akan kondisi ekonomi yang menurun, banyaknya pengangguran, tetapi praktik KKN justru meningkat.
Suara-suara protes masyarakat yang menuntut perubahan ekonomi, bantuan pemerintah, dan penolakan terhadap praktik KKN tidak dihiraukan. Akhirnya pada Mei 1998 mahasiswa dari sejumlah kampus di Indonesia pun melakukan protes bersamaan dengan warga lokal.
Sayangnya demonstrasi dari mahasiswa ini akhirnya menimbulkan kerusuhan yang menyebar ke daerah-daerah di Indonesia. Pasalnya, pada saat demonstrasi dilakukan justru terjadi penembakan terhadap 4 mahasiswa Universitas Trisakti dan menimbulkan kemarahan.
Hal yang Merupakan Akibat Sosial dari Kerusuhan Mei 1998
Kerusuhan pada Mei 1998 tentu saja memberikan dampak yang luar biasa terhadap Indonesia. Berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan akibat sosial dari kerusuhan Mei 1998 yang dapat dijadikan pelajaran.
Munculnya Gerakan Anti-Tionghoa
Memang benar bahwa kerusuhan Mei 1998 tidak sepenuhnya menghasilkan dampak buruk saja karena dapat menjadi titik balik pandangan masyarakat Indonesia. Namun, sebagian besar dari dampak buruk tersebut harus diderita oleh masyarakat Tionghoa.
Setelah terjadinya penembakan pada 4 mahasiswa Trisakti, kerusuhan di daerah justru menargetkan masyarakat Tionghoa. Warga lokal melakukan penjarahan, pembakaran, pemerkosaan, hingga pembunuhan terhadap masyarakat etnis Tionghoa.
Ini adalah salah satu hal yang merupakan akibat sosial dari kerusuhan Mei 1998 yang hingga saat ini masih belum diketahui siapa dalang pastinya. Tidak ada yang tahu mengapa kemarahan masyarakat tiba-tiba justru mengarah kepada etnis Tionghoa.
Banyak menduga adanya provokasi di kalangan masyarakat yang membuat masyarakat merasa etnis Tionghoa bukan bagian dari mereka.
Tumbuhnya Kesadaran Akan Hak Asasi Manusia
Kejadian kelam yang merugikan bangsa Indonesia tersebut membuat masyarakat mulai sadar akan adanya HAM yang tidak boleh dilanggar. Setiap lapisan masyarakat sadar akan pentingnya membangun kepercayaan antar-etnis dan kelompok demi stabilitas nasional.
Sejak saat itu, kehidupan antara masyarakat pribumi dan etnis Tionghoa mulai membaik dan masing-masing berusaha untuk saling toleransi.
Kebebasan Berpendapat dan Partisipasi dalam Politik
Awal dari kerusuhan tersebut adalah protes dan ketidakpuasan atas pemerintahan yang tak kunjung mendapatkan respons. Sehingga pada akhirnya menimbulkan kemarahan dan dorongan untuk melakukan bentuk protes yang lebih ekstrem lagi agar didengar.
Hal ini tentu harus menjadi pelajaran bagi pemangku kekuasaan dan pemerintahan untuk lebih mendengar dan melihat kondisi masyarakat. Setiap kebijakan dan aturan yang dibuat haruslah baik bagi semua lapisan masyarakat dan bertujuan untuk kemajuan bangsa dan negara.
Bagaimanapun juga adanya pemerintahan dan kekuasaan karena ada rakyat yang diperintah dan dipimpin.
Kesimpulan
Hal yang merupakan akibat sosial dari kerusuhan Mei 1998 membukakan pandangan baru bagi warga Indonesia dalam hidup bermasyarakat. Kerusuhan tersebut memang menimbulkan derita tetapi juga melahirkan kerukunan kehidupan berbangsa dan bernegara yang baru.