
Dugaan korupsi di Kemendikbudristek menjadi sorotan. Di tengah penyidikan, diskursus publik terkait kasus korupsi Nadiem Makarim kini mempertaruhkan citra dan warisan program Merdeka Belajar.
Penyidikan kasus dugaan korupsi dalam proyek pengadaan Chromebook senilai triliunan rupiah di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tidak hanya berpotensi mengungkap kerugian negara. Lebih dari itu, skandal ini kini menjadi pertaruhan terbesar bagi citra dan warisan kebijakan yang ditinggalkan oleh mantan menteri, Nadiem Makarim.
Program digitalisasi sekolah melalui pengadaan laptop Chromebook merupakan salah satu pilar utama dari visi Merdeka Belajar. Kebijakan ini digadang-gadang sebagai lompatan kuantum untuk mengakselerasi kualitas pendidikan dan mengurangi kesenjangan digital di seluruh nusantara. Namun, ironisnya, proyek yang menjadi simbol modernisasi ini justru kini tersandung dugaan praktik korupsi, sebuah penyakit kronis birokrasi yang hendak diperangi oleh Nadiem melalui terobosan-terobosannya.
Seiring proses hukum yang berjalan dan sejumlah pihak mulai diperiksa, nama Nadiem Makarim sebagai penanggung jawab tertinggi kementerian saat proyek itu bergulir tak terhindarkan dari sorotan publik. Diskursus yang mengaitkan isu ini dengan frasa kasus korupsi Nadiem Makarim mulai ramai diperbincangkan di ranah digital. Hal ini mencerminkan besarnya ekspektasi sekaligus potensi kekecewaan publik terhadap figur yang dianggap sebagai ikon reformasi dan antikorupsi.
Kini, pertanyaan mendasar yang muncul bukanlah lagi sekadar soal siapa yang bermain dalam pengadaan ini. Pertanyaannya bergeser menjadi, apakah visi besar seorang pemimpin dapat dengan mudah dibajak oleh sistem birokrasi yang korup? Skandal Chromebook ini menjadi ujian nyata bagi narasi keberhasilan program Merdeka Belajar. Jika terbukti ada penyelewengan masif dalam pengadaan alat pendukung utamanya, maka seluruh klaim tentang efisiensi, transparansi, dan revolusi pendidikan berisiko dianggap gagal.
Sementara pihak GoTo, perusahaan yang didirikan Nadiem, telah menyatakan menghormati proses hukum yang berjalan, fokus publik tetap tertuju pada pertanggungjawaban moral dan legasi sang mantan menteri. Hasil akhir dari penyidikan ini tidak hanya akan menentukan nasib para pelaku, tetapi juga akan menjadi vonis sejarah bagi salah satu episode reformasi pendidikan paling ambisius di Indonesia.