
Tragedi kapal terbakar di perairan Talise. KM Barcelona 5 yang damai berubah jadi neraka terapung. Ratusan nyawa berjuang di antara api dan laut, menyisakan duka dan kepahlawanan
Laut Talise pagi itu membentang tenang, biru dan menjanjikan. Di atasnya, KM Barcelona 5 berlayar membelah ombak, membawa ratusan harapan dalam sebuah perjalanan rutin. Namun, ketenangan itu fatamorgana. Dalam sekejap, takdir berbelok tajam, mengubah dek kapal yang damai menjadi panggung horor yang tak terbayangkan. Ini bukan lagi sekadar berita tentang kapal terbakar; ini adalah catatan tentang perjuangan hidup dan mati di tengah lautan.
Asap hitam pekat yang membubung ke angkasa adalah pertanda pertama. Bukan lagi asap cerobong kapal yang bersahabat, melainkan jeritan memilukan dari lambung kapal yang dilahap si jago merah. Kepanikan adalah api kedua yang menjalar lebih cepat, menyebar dari satu penumpang ke penumpang lainnya. Teriakan, tangis, dan derap langkah kaki yang kacau beradu dengan suara gemeretak baja yang dipanggang api.
Bagi 297 jiwa di atasnya, KM Barcelona 5 bukan lagi sebuah bahtera, melainkan neraka terapung. Di satu sisi, api yang ganas mengancam menelan mereka hidup-hidup. Di sisi lain, lautan luas yang dingin menunggu dengan ketidakpastian. Sebuah pilihan yang mustahil.
Di tengah kekalutan itu, sisi lain kemanusiaan muncul ke permukaan. Para petugas gabungan dari Basarnas dan instansi terkait menjadi malaikat penyelamat. Mereka menerjang ombak dan bahaya, menarik satu per satu nyawa dari cengkeraman maut. Proses evakuasi yang berlangsung hingga larut malam itu adalah sebuah balet kepahlawanan yang menegangkan. Para korban selamat, dengan wajah legam oleh jelaga dan basah oleh air mata serta air laut, ditarik ke tempat aman di Pelabuhan Munte dan Pelabuhan Manado.
Namun, tidak semua harapan berhasil berlabuh dengan selamat. Ketika api berhasil dipadamkan dan asap mulai menipis, laut menagih tumbalnya. Tiga jiwa tak berhasil melanjutkan perjalanan mereka. Tiga nyawa terenggut dalam tragedi yang akan selamanya terpatri dalam ingatan para penyintas.
Kini, bangkai KM Barcelona 5 berdiri membisu di perairan Talise, menjadi monumen tragedi. Investigasi mungkin akan mengungkap penyebab pasti dari kapal terbakar itu—apakah korsleting listrik, kelalaian, atau takdir buruk lainnya. Namun, bagi ratusan orang yang selamat dan keluarga korban yang berduka, jawaban atas pertanyaan “mengapa” tak akan pernah bisa memadamkan api kenangan buruk dari hari ketika laut yang tenang berubah menjadi saksi bisu sebuah neraka.