
Saat tensi perbatasan Kamboja Thailand memanas, Kemlu RI memastikan tidak ada WNI yang menjadi korban. Sebuah napas lega di tengah bara konflik yang membayangi kawasan ASEAN.
Di perbatasan yang disengketakan itu, udara terasa berat. Bukan hanya oleh kelembapan tropis, tetapi oleh ketegangan yang bisa meletus kapan saja. Ketika laporan konflik bersenjata antara Kamboja Thailand kembali mengemuka, dentumannya tak hanya terdengar di desa-desa perbatasan, tetapi juga menggema hingga ke ruang-ruang keluarga di Indonesia, tempat kecemasan menyelimuti mereka yang memiliki kerabat di sana.
Ini adalah cerita di balik sebuah pernyataan resmi. Sebelum Kementerian Luar Negeri merilis kabar bahwa Warga Negara Indonesia (WNI) aman, ada periode sunyi yang penuh tanya. Ada para pekerja, pelajar, dan keluarga Indonesia yang hidup di dua negara yang sedang bersitegang. Mereka adalah wajah-wajah dalam data statistik kedutaan; orang-orang yang rutinitas hariannya tiba-tiba dibayangi oleh potensi eskalasi konflik warisan masa lalu.
Fokus kita sering kali tertuju pada peta dan strategi geopolitik, namun kita lupa pada detak jantung manusia di dalamnya. Di tengah sengketa antara Kamboja Thailand ini, ada WNI yang mungkin harus menjelaskan kepada anaknya mengapa suara-suara aneh terdengar di kejauhan, atau seorang pekerja yang harus meyakinkan keluarganya di kampung halaman bahwa semuanya baik-baik saja melalui panggilan video yang tersendat.
Maka, ketika pernyataan dari Pejambon itu akhirnya tiba, ia lebih dari sekadar siaran pers. Itu adalah kabar baik yang ditunggu-tunggu, hasil kerja senyap para diplomat di KBRI Bangkok dan KBRI Phnom Penh. Mereka tidak hanya duduk menunggu laporan, mereka adalah tangan-tangan yang proaktif menjangkau, memverifikasi, dan memastikan setiap WNI terdata dan berada dalam jangkauan komunikasi. Konfirmasi “tidak ada WNI menjadi korban” adalah puncak dari kerja diplomasi perlindungan yang sering kali tak terlihat oleh publik.
Kabar ini menjadi pengingat penting. Di kawasan Asia Tenggara yang kita anggap damai, bara dalam sekam itu nyata. Konflik perbatasan Kamboja Thailand adalah luka lama yang bisa kembali berdarah. Namun, di tengah bara itu, sistem perlindungan WNI kita terbukti bekerja, memberikan oase ketenangan bagi rakyatnya di negeri orang.
Untuk saat ini, warga kita aman. Napas lega bisa diembuskan. Namun, asap mesiu yang sesekali mengepul di perbatasan itu tetap menjadi pengingat bahwa perdamaian di halaman belakang rumah kita adalah sesuatu yang rapuh dan harus terus dijaga, sama seperti kita menjaga keselamatan setiap warga negara kita, di mana pun mereka berada.