Di balik citranya yang vokal memberantas sindikat, Kepala BP2MI Benny Rhamdani tersandung dugaan utang miliaran. Sebuah ironi di panggung politik nasional.
Di panggung nasional, nama Benny Rhamdani berkibar sebagai sosok yang tak kenal takut. Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) ini kerap tampil dengan suara lantang, menabuh genderang perang melawan sindikat penempatan ilegal pekerja migran hingga mafia judi online. Namun, di balik citra garangnya itu, sebuah narasi lain yang lebih personal mengemuka, menyeret namanya dalam dugaan lilitan utang bernilai fantastis, Rp 10 miliar.

Sebuah ironi seakan sedang dipertontonkan. Di satu sisi, publik mengenal Benny Rhamdani sebagai pejabat yang berapi-api, yang berani mengungkap inisial “T” sebagai bos besar judi online di Kamboja dan tak ragu menuding adanya oknum aparat yang membekingi bisnis kotor tersebut. Pernyataannya yang keras dan lugas membuatnya kerap menjadi sorotan media, memposisikan dirinya sebagai pembela kaum tertindas, khususnya para pahlawan devisa.

Namun, di sisi lain, sebuah kasus yang ditangani oleh Polda Metro Jaya melukiskan potret yang berbeda. Benny, yang juga menjabat Sekretaris Jenderal DPP Partai Hanura, harus berurusan dengan penyidik terkait laporan dugaan utang-piutang. Laporan ini tentu menjadi anomali di tengah citra publiknya yang tanpa kompromi. Pemeriksaan oleh pihak kepolisian menjadi sebuah episode yang kontras dengan kegiatannya sehari-hari yang sibuk mengurus perlindungan WNI di luar negeri.

Kasus ini tak pelak memantik sejumlah pertanyaan. Bagaimana seorang pejabat publik yang begitu vokal menyuarakan kebenaran dan perlawanan terhadap kejahatan terorganisir, bisa tersandung masalah finansial pribadi yang berujung pada proses hukum? Apakah ini murni persoalan personal yang tak ada sangkut pautnya dengan jabatannya, atau ada benang merah yang belum terungkap?

Benny Rhamdani, yang memulai kariernya sebagai aktivis mahasiswa dan meniti jalan politik dari tingkat daerah di Sulawesi Utara, kini dihadapkan pada dua panggung yang berbeda. Satu panggung adalah arena publik di mana ia adalah sang pahlawan, dan panggung lainnya adalah ruang pemeriksaan yang menguji integritas personalnya.

Publik kini menunggu bagaimana Benny akan menuntaskan “perang” di ranah pribadinya ini. Apakah ia akan menyelesaikannya dengan “kemenangan” yang meyakinkan, sama seperti ia berjanji akan menumbangkan para mafia yang merugikan negara? Waktu yang akan menjawab, apakah citra garang seorang Benny Rhamdani mampu meredam riak dugaan utang miliaran yang kini mulai mencuri perhatian.

Kisah ini menjadi pengingat bahwa panggung politik selalu penuh dengan narasi berlapis. Apa yang tampak di permukaan tak selalu mencerminkan keseluruhan cerita. Bagi Benny Rhamdani, ini adalah ujian berat yang akan menentukan babak selanjutnya dalam karier politik dan citra publik yang telah ia bangun.

admin

"Selamat datang di SMP Negeri 6 Cirebon, tempat pembelajaran inovatif yang membentuk siswa berprestasi dan berkarakter unggul. Bergabunglah dengan kami untuk meraih pendidikan terbaik di Ngawi."