Site icon SMP NEGERI 6 CIREBON

Letusan Gunung Dukono! 127 ‘Batuk’ Sang Raksasa dalam 24 Jam

letusan gunung Dukono

letusan gunung Dukono

Bukan sekadar berita, letusan gunung Dukono yang terjadi 127 kali sehari adalah potret raksasa Maluku Utara yang tak pernah tidur. Pahami ritme dan risikonya di sini.

Lupakan sejenak citra gunung berapi yang meledak dalam satu amukan dahsyat. Di sudut utara Kepulauan Maluku, ada seorang raksasa yang punya cara berbeda untuk menunjukkan kuasanya. Namanya Dukono, dan ia tidak pernah benar-benar tidur.

Pada hari Minggu (27/7/2025), saat sebagian besar dari kita menjalani rutinitas, Gunung Dukono “bernapas” sebanyak 127 kali. Ini bukan salah ketik. Seratus dua puluh tujuh kali letusan dalam kurun waktu 24 jam. Jika dirata-rata, itu berarti sang raksasa sedang “batuk”—mengembuskan abu dan material vulkanik—lebih dari lima kali setiap jamnya. Ini bukanlah sebuah anomali atau pertanda amukan besar yang akan datang; inilah ritme kehidupan Dukono.

Petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Dukono, Iwan Amat, dalam laporannya melukiskan potret aktivitas yang nyaris tanpa jeda ini. Kolom abu kelabu dengan intensitas tebal membubung setinggi 300 hingga 800 meter di atas puncak kawah. Angin kemudian membawanya ke arah timur dan tenggara, menebarkan selimut tipis sebagai pengingat konstan akan kekuatan yang bersemayam di bawah sana.

Bagi masyarakat di sekitar Tobelo, rentetan letusan gunung Dukono ini telah menjadi bagian dari musik alam. Bukan suara dentuman yang menggelegar, melainkan gemuruh tremor menerus yang terekam seismograf, sebuah getaran konstan yang menandakan bahwa dapur magma di perut bumi sedang bekerja tanpa henti.

Namun, rutinitas ini tidak boleh diterjemahkan sebagai sebuah keamanan. Status Level II atau ‘Waspada’ yang disematkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) adalah sebuah garis tegas. Ini adalah pengingat bahwa meskipun Dukono tampak hanya “batuk-batuk kecil”, ia tetaplah entitas alam yang perkasa dan tak bisa diprediksi.

Rekomendasi yang dikeluarkan bukan sekadar imbauan, melainkan sebuah aturan main untuk hidup berdampingan dengan sang raksasa. Radius 3 kilometer dari kawah Malupang Warirang adalah zona terlarang. Tidak ada tawar-menawar untuk pendakian, mendekati kawah, atau beraktivitas di dalam batas sakral tersebut. Warga diimbau untuk selalu menyiapkan masker, karena “napas” Dukono bisa kapan saja menjadi lebih pekat.

Pada akhirnya, kisah letusan gunung Dukono bukanlah tentang angka 127 yang fantastis. Ini adalah potret tentang kehidupan di bawah bayang-bayang kekuatan purba, sebuah pelajaran tentang bagaimana manusia beradaptasi dengan detak jantung bumi yang paling aktif. Di Halmahera Utara, mereka tidak hidup dalam ketakutan, melainkan dalam kewaspadaan dan rasa hormat yang mendalam.

Exit mobile version