Cuaca ekstrem di Kediri menerbangkan atap, menumbangkan pohon raksasa yang menimpa mobil, dan memutus aliran listrik. BPBD imbau warga waspada akan potensi bencana susulan.
Langit Kediri tak lagi ramah pada Kamis (21/8/2025) sore. Yang semula hanya mendung kelabu, dalam sekejap berubah menjadi panggung amukan alam. Angin kencang mengaum, membawa serta hujan deras yang membabi buta, mengubah suasana tenang jelang senja menjadi kepanikan massal di sejumlah wilayah. Ini bukan sekadar hujan biasa; ini adalah pertunjukan kekuatan cuaca ekstrem di Kediri yang meninggalkan luka dan kerugian.
Pemandangan paling dramatis tersaji di Kecamatan Gampengrejo dan Papar. Di sini, angin tak lagi sekadar berembus, melainkan menjelma menjadi kekuatan brutal yang merenggut atap-atap rumah warga. Genting dan seng beterbangan seperti kertas, membiarkan isi rumah terbuka di bawah guyuran hujan. Warga berlarian mencari perlindungan, hanya bisa pasrah menyaksikan hunian mereka dilucuti oleh badai.
“Suaranya gemuruh, seperti kereta lewat di atas rumah. Tiba-tiba atap sudah tidak ada,” ujar seorang warga setempat dengan wajah masih menyiratkan syok.
Dampak amukan angin tak berhenti di situ. Di Desa Kwadungan, Kecamatan Papar, sebuah pohon berukuran raksasa menyerah pada terjangan badai. Batang kokoh yang telah berdiri puluhan tahun itu tumbang, melintang di tengah jalan dan menimpa sebuah mobil Daihatsu Ayla yang terparkir. Beruntung, tak ada korban jiwa dalam insiden tersebut, namun kerugian materiel jelas tak terhindarkan. Pemandangan mobil ringsek di bawah pohon raksasa menjadi saksi bisu betapa dahsyatnya badai sore itu. Sebuah warung kopi yang sedang ramai pun ikut menjadi korban, porak-poranda disapu angin.
Respons Cepat dan Peringatan Dini
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kediri tak tinggal diam. Begitu badai sedikit mereda, tim reaksi cepat langsung diterjunkan ke lokasi-lokasi terdampak. “Kami langsung bergerak cepat melakukan asesmen dan pendataan begitu laporan masuk,” tegas Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kediri, Stefanus Djati, saat dikonfirmasi, Jumat (22/8/2025).
Armada BPBD, dibantu oleh petugas dari PLN, TNI, dan Polri, bahu-membahu mengevakuasi pohon tumbang yang memutus akses jalan dan menyebabkan pemadaman listrik di beberapa titik. Prioritas utama adalah memastikan tidak ada korban jiwa dan memulihkan akses vital bagi masyarakat.
Namun, pekerjaan mereka belum usai. Stefanus Djati mengingatkan bahwa peristiwa ini adalah alarm keras bagi semua pihak. “Kami mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. Periksa kondisi pohon-pohon besar di sekitar rumah. Jika terlihat rapuh atau terlalu rimbun, segera laporkan atau lakukan pemangkasan,” imbaunya.
Peristiwa ini menjadi pengingat getir bahwa alam memiliki agendanya sendiri. Di tengah ketidakpastian cuaca, kewaspadaan dan kesiapsiagaan bukanlah pilihan, melainkan sebuah keharusan agar amukan langit tidak lagi memakan korban dan kerugian yang lebih besar.

