Sebanyak 22 halte Transjakarta rusak parah akibat kerusuhan, kerugian ditaksir Rp 41,6 miliar. Simak daftar halte terdampak.
Pemandangan menyedihkan tersaji di sejumlah koridor utama ibu kota pasca-aksi unjuk rasa pada Jumat, 25 Mei 2025. Sebanyak 22 fasilitas publik yang menjadi andalan warga, kini tak lebih dari bangkai bisu. Sederet halte Transjakarta rusak parah, bahkan beberapa di antaranya hangus terbakar, meninggalkan kerugian materi yang ditaksir mencapai angka fantastis, Rp 41,6 miliar. Ini bukan sekadar coretan di wajah kota, tapi luka serius bagi sistem transportasi publik.
Peristiwa ini menjadi tamparan keras bagi Jakarta. Fasilitas yang dibangun dari uang rakyat dan sehari-hari melayani ribuan mobilitas warga, hancur dalam sekejap. Puing-puing kaca, dinding yang menghitam karena jelaga, serta mesin tiket yang luluh lantak menjadi saksi bisu amuk massa. Kini, para komuter harus berhadapan dengan gangguan layanan, sementara pemerintah kota dihadapkan pada tugas berat untuk memulihkan salah satu urat nadi transportasi Jakarta.
Daftar Luka: Dari Vandalisme hingga Hangus Terbakar
Kerusakan yang terjadi tidak tanggung-tanggung. Dari 22 halte yang menjadi korban, enam di antaranya mengalami kondisi paling parah: terbakar dan dijarah. Halte-halte vital seperti Halte Polda Metro Jaya, Halte Bundaran Senayan, dan Halte Sentral Senen kini hanya menyisakan kerangka. Fasilitas yang seharusnya menjadi tempat menunggu nyaman berubah menjadi monumen kelam pasca-kerusuhan.
Sementara itu, 16 halte lainnya mengalami nasib yang tak kalah mengenaskan. Aksi vandalisme merajalela, merusak fasilitas mulai dari pintu otomatis, kaca pelindung, hingga rambu-rambu informasi. Halte-halte sibuk seperti Bendungan Hilir, Kampung Melayu, dan Semanggi ikut menjadi korban. Kondisi halte Transjakarta rusak ini tersebar di berbagai koridor, menciptakan efek domino yang melumpuhkan sebagian layanan dan memaksa penumpang mencari alternatif lain.
Kerugian Rp 41,6 Miliar: Sebuah Angka yang Menyakitkan
PT Transjakarta secara resmi merilis taksiran kerugian yang harus ditanggung, yaitu sebesar Rp 41,6 miliar. Angka ini bukanlah jumlah yang kecil. Dana sebesar itu sejatinya bisa dialokasikan untuk perbaikan layanan, penambahan armada bus, atau bahkan subsidi tiket bagi masyarakat. Kini, dana tersebut harus dialihkan untuk membangun kembali apa yang sudah dirusak.
Kerugian ini tidak hanya berhenti pada angka. Terganggunya layanan Transjakarta berarti terganggunya aktivitas ekonomi ribuan warga yang setiap hari mengandalkan busway untuk bekerja, sekolah, dan beraktivitas. Ini adalah kerugian non-materi yang dampaknya terasa langsung oleh masyarakat kecil, membuktikan bahwa aksi anarkis pada akhirnya hanya menyisakan penderitaan bagi banyak pihak.
Langkah ke Depan: Membangun Kembali Kepercayaan Publik
Insiden puluhan halte Transjakarta rusak ini menjadi pengingat pahit tentang betapa rapuhnya fasilitas publik di tengah gejolak sosial. Tugas besar kini menanti pemerintah dan PT Transjakarta, bukan hanya untuk memperbaiki fisik bangunan, tetapi juga untuk memulihkan kepercayaan publik. Proses perbaikan akan memakan waktu dan biaya, namun yang terpenting adalah memastikan bahwa kejadian serupa tidak terulang kembali di masa depan. Jakarta harus belajar dari lukanya agar bisa bangkit menjadi kota yang lebih tangguh dan aman bagi warganya.

